Sekitar 2 minggu yang lalu, Pemilu serentak nasional diadakan. Alhamdulillah, setelah Pemilu terakhir statusku masih lajang, Pemilu kali ini aku sudah berdomisili di Jakarta lagi setelah 4,5 tahun tinggal di Pekanbaru. Kemarin pun aku bisa datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) bareng Paksu. Alhamdulillaah. Di tengah beragam "chaos"nya pemilu kali ini, aku masih bahagia.
Seperti pemilu sebelum-sebelumnya, kontes politik selalu saja diwarnai berbagai kemelut, mulai dari berbagai transfer pemain, collab yang gak tertebak, bertebaran hoax, juga munculnya pemain baru. Sejujurnya, di sinilah kemampuan setiap manusia untuk "tabayyun" dan berpikiran jernih sangat penting untuk dipraktikkan setiap waktu.
Media sosial yang jadi medan pertempuran di pemilu kali ini juga cukup berbeda. Ada Tiktok yang jadi "markas"nya para generasi Z yang rata-rata baru akan menjalani pemilu untuk pertama kali. Twitter yang per tahun 2023 sudah "bancakan" (red: ganti nama) jadi X juga ngga kalah ramai. Di sini lebh didominasi oleh generasi Y, walaupun banyak juga generasi X, Z, bahkan baby boomers di sini. Facebook masih eksis juga, meskipun sudah banyak ditinggal oleh penduduk mudanya.