Warmest regards

March 9, 2021

Gunung Marapi dengan Ekstra Curah Hujan

Hola mi amigos!

Alhamdulillah kesampaian juga nanjak di tanggal 6-7 Maret lalu. Kali ini, aku dan rekanans dapat kesempatan nanjak Gunung Marapi, Sumatera Barat.

Personil kali ini mulanya sempat menyentuh angka 10 orang. Tapi yah namanya manusia hanya bisa berencana, total yang jadi berangkat sama kayak Singgalang lalu, 7 orang yaitu aku, Kak Dhina, Bang Faris, Ihsan, Bang Fathan, Mas Jihad, dan Biran.

Bisa pas gitu sama nomor rumahnya

Sampai H-1 keberangkatan, kami masih berkutat dalam dilema Gunung Talang / Gunung Marapi. Pertimbangan utama tentu cuaca Sumbar yang kayaknya agak kelebihan curah hujan ya, dan gunung Talang dalam kondisi hujan itu big no karena berlumpur banget. Selain itu, lokasi Talang yang lebih jauh (nambah perjalanan sekitar 3-4 jam dari Pekanbaru) juga jadi pertimbangan. Akhirnya, kami memutuskan untuk ke Marapi aja, walaupun dari bertujuh yang ikutan, cuma aku yang belum pernah ke Marapi. Xixi

Kalian harus tau, tahun 2019 lalu mereka udah ke Marapi dan, kalau dari foto-fotonya ya, itu keren banget cuy puncaknyaaa! Salah satu penyemangat banget mau ke Marapi kali ini. Hamparan pasir luas di atas awan, ada pemandangan Singgalang dengan background Samudera Hindia yang akan membentuk garis lurus horizon kalau cuaca cerah. Inget, kalau cuaca cerah, ya...

***

Seperti sebelumnya, kami yang rombongan dari Pekanbaru berangkat ke Bukittinggi Jumat malam. Sampai di rumah Bang Fathan sekitar pukul 2 pagi. Kami pun istirahat dan bangun kembali sekitar pukul 7 pagi.

Setelah sarapan dan mandi, kami mulai pack things up dan bagi-bagi bawaan. Bang Faris pun yang tadinya mau langsung ke basecamp Marapi, akhirnya nyusul ke rumah bang Fathan karena pace packing kami memang masih kayak pelari pemula. Entah ngga jago packing atau kelewat santai aja ^^?

Sekitar pukul 11 kami berangkat ke basecamp Marapi yang rupanya treknya seru banget. 'Seru' di sini dari point of view-ku sebagai penumpang ya, kalau kalian tanya bang Fathan yang saat itu bawa mobilnya, barangkali jawabannya berbeda hahaha. Kami pakai mobil Innova masuk ke perkampungan warga, lalu jalan makin menyempit sampai literally cuma muat 1 mobil, no aspal, rawan ban selip. Tapi seru wkwk.

Sampailah kami di garis start pendakian. Setelah keluarin barang dari mobil, kami jama' shalat, lalu ke loket pendataan. Tapi entah ya, mungkin dulu mamah pas hamil aku ngidamnya air hujan ya, nanjak kali ini pun sama kayak Singgalang lalu. Kami mulai dengan langsung pakai jas hujan. Hujan deras :") Berkali-kali aku meyakinkan yang lain (dan sebetulnya mencoba meyakinkan diri sendiri) bahwa hujan itu rahmat dari Allah SWT. Huhu... Walaupun gitu, kami tetap berjalan terusss dengan penuh keraguan semangat.

Mendaki di kondisi hujan tentu tantangannya beda. Selain air merembes bikin beban berat, udara terasa lebih dingin, trek-nya pun jadi lebih licin dan berlumpur. Thank God it was Marapi. Karena kalau Talang, beuh... pasti lebih challenging lagi. Setelah jalan kurang lebih 1 jam, kami berhenti untuk makan sambil nunggu hujan agak mereda. Muncul wacana, "kita tunggu sampai jam 3 ya, kalau ngga reda juga, kita turun aja ngecamp di bawah". Foto-foto Marapi mereka dengan langit super cerah tadi pun berkelibat di kepala. Huhu sad...

Mendekati jam 3, hujan mereda seiring perut kami udah mulai terisi. Last call, akhirnya kami putuskan lanjut jalan lagi. Hampir sepanjang jalan hujan cuy, ga ngerti lagiii gueee. Tapi yah, modal optimisme Ihsan aja sebetulnya, kami terus dan terus jalan sampai akhirnya dapat tempat ngecamp sekitar pukul 7 malam lalu kami susun tenda dan masak air untuk bikin teh dan air madu. Itu cuaca dingin banget dan sebagai orang kekurangan kadar lemak sepertiku, menggigil yg sampai badan literally shaking adalah sebuah keharusan.

Ajaibnya, di ketinggian 2300 mdpl itu ada warmindo (waring makan indomi) yang jaraknya cuma 10 langkah dari spot camping kami. Selesai bikin tenda, kami langsung cari kehangatan ke kedai sederhana itu. Penyelamat banget sih, pahala untuk bapak-bapak sang pendiri warmindo. Aamiin. Masih tetap hujan, selesai makan, kami ganti pakaian yang udah kuyup lalu langsung tidur. Seandainya ngga hujan, kami udah berencana bikin api unggun dan ketawa-tawa sampai capek. Rupanya udah langsung capeknya aja._.

***

Paginya kami bangun sekitar pukul 7 dan cuaca masih aja hujan. Ini sekali-kalinya Marapi hujan sebegitunya, kata warlok a.k.a bang Faris & Ihsan & bang Fathan. Kenapa pas banget kami nanjak gitu loh :)) Tapi yaaaaa..... gak perlu disesali lah ya? Alhamdulillah perjalanannya meskipun berat, tapi nyatanya semua sanggup dan selamat.

Sekitar pukul 8 pagi hujan mulai reda, pemandangan indah pun mulai terhampar di depan mata. Gunung Singgalang gagah tepat di depan kami, lengkap dengan perkampungan-perkampungan di kaki gunungnya. Awan pun terhampar dan itu asik banget dilihat langsung pakai mata kepala. Tentu ngga lengkap kalau belum foto-foto, ya. Generasi dokumentasi.

Sempat ada wacana apakah mau lanjut ke puncak atau ngga. Jarak dari camp ke puncak sekitar 1 jam, jadi bolak-balik plus leyeh-leyeh paling ngga butuh 3 jam. Dengan beberapa pertimbangan lain, kami pun mengurungkan niat ke puncak. Aku mungkin jadi yang paling ngga bersemangat ke puncak pagi itu, karena jujur udah lumayan sad karena hujan sepanjang jalan. Tapi aku jadi pengen banget mengulang Marapi, dengan perhitungan cuaca yang lebih oke tentunya. Bodo amat pokoknya harus diulang yaaa!! Plis.


Kami sarapan dengan nasi anget dan sarden and I swear it was the best sarden I've ever had. Enak banget emang makan pakai lauk rasa lapar & hawa sejuk ketinggian. Selesai makan, kami lanjut beres-beres dan persiapan perjalanan turun. Kami pun jalan turun sekitar pukul 11.

Perjalanan turun terasa jauh lebih singkat dibandingkan saat nanjak kemarin. Selain karena rute yang udah pernah dilewati, cuacanya pun mendukung banget. Ironically, cerah sepanjang jalan. Ha ha ha. Dengan penuh rasa syukur dan rasa lelah, sekitar pukul 4 sore kami sudah sampai di basecamp awal, as we planned,  karena kami menghindari ngelewatin track 'seru' yang aku sebutkan di awal tadi saat cuaca gelap. Serem cuy.



Setelah bersih-bersih sedikit dan shalat, kami cuss kembali ke kota. Karena kami semua belum makan siang, kami memutuskan untuk makan ke pangsit di bawah Jembatan Limpapeh. Kelar makan, kami pulang ke rumah bang Fathan.

***

Naik gunung kali kedua ini bikin aku makin bingung kenapa... kenapa gue memutuskan naik gunung at the first place??? Wkwkw canda. Tiap naik gunung mah pasti pas di atas nyesel kenapa berangkat dan ngga memilih leyeh-leyeh aja di kosan. Tapi setelah turun, langsung pada berwacana kapan nanjak selanjutnya. Kayak... nagih cuy. Haha. Ku rasa orang-orang yang udah berkali-kali naik gunung bisa dikategorikan sebagai masokis.

What a shot!

*sumber foto mixed: Aca, Faris, Fathan, & Biran.

No comments:

Post a Comment