Warmest regards

January 16, 2021

Orang Kedua yang Belajar jadi Pertama

Doc. Ma'ruf Saragih

Pertama-tama aku pengen tahu, menurutmu leadership/kepemimpinan itu nature or nurture?

Apakah ada beberapa orang yang "born to be a leader" atau "everyone can be a leader"?

Kalau menurutku pribadi, leadership is the result of nurture. Jiwa kepemimpinan itu hasil dari asuhan (termasuk di dalamnya faktor lingkungan, pertemanan, dan lainnya tentunya), dan oleh sebab itu, kepemimpinan bisa dilatih.

TAPI

Ada beberapa orang yang hingga dewasa ngga 'terlatih' untuk itu. Contohnya siapa? Saya. Hahaha.

Aku akui bahwa jiwa kepemimpinanku masih sangat butuh dilatih. Salah satu faktor utamanya karena memang aku less-experienced dalam hal memimpin. Kalau dirunut ke belakang, sejak kecil aku lebih sering menjadi orang kedua daripada pertama. Alih-alih menjadi ketua kelas atau kepala tim pramuka, aku jadi wakil ketuanya pada masa SD & SMP. Di SMA pun ngga jauh beda. Alih-alih menjadi ketua klub paduan suara dan sutradara klub teater, aku lagi-lagi jadi wakil ketua dan asisten sutradaranya. Tapi di SMA aku membuat sedikit kemajuan dengan menjadi kepala divisi hubungan masyarakat di beberapa acara sekolah. Lumayan, pertama kali memiliki anak buah langsung.

Di masa kuliah, sepertinya darah 'orang kedua'-ku memang masih membara. Alih-alih menjadi ketua dewan pers di fakultas, aku memilih jadi sekretaris umum yang perannya tidak lain sebagai wakil ketua. Meskipun begitu, aku bersyukur mendapat kesempatan juga untuk membuat kemajuan diri dengan sempat menjadi kepala divisi pengembangan SDM di lembaga pers tadi, juga menjadi salah satu commander di kegiatan marching band kampus.

Menjadi orang kedua tentu sangat berbeda dengan orang pertama. Kualitas-kualitas (softskills) yang dibutuhkan keduanya sangat berbeda. Ketika orang pertama mengutamakan leadership, orang kedua bisa jadi mengutamakan interpersonal & encouraging skill. Ketika orang pertama butuh 'helicopter view', orang kedua lebih butuh kemampuan attentive to detail.

Jadi orang kedua itu berarti kamu ngga akan berada di bawah spotlight, tapi sebetulnya kontribusimu besar. And it doesn't matter. Selama apa yang dirancang/diselenggarakan/diatur itu bisa berjalan lancar, orang kedua akan happy-happy aja. You know what's another good thing? Orang kedua ngga akan memegang tanggung jawab utama jika hal-hal itu berjalan diluar kendali. Well, kan masih ada orang pertama. Xixi.

Sebenernya tujuan utama dari post ini adalah aku pengen curhat aja, tapi memang prolognya panjang, ya. Hehe. Jadi saat ini di kantor, aku lagi kebagian tantangan untuk jadi orang pertama. Untungnya belum di posisi yang significantly powerful sih, masih di level 'ekstrakurikuler' lah kira-kira. Meskipun begitu, posisi itu tetap memaksaku untuk melatih banyak softskills yang selama ini belum terlatih-terlatih amat such as managing people, delegating work order, communicating with higher level people, dan lainnya.

Seperti yang aku bilang di awal, aku belum terlatih menduduki posisi orang pertama ini. Dan berada di posisi ini sekarang, makin ke sini makin aku menyadari bahwa masih buanyakkk yang perlu di-improve. Jujur aku agak kewalahan, tapi sejauh ini aku tau aku mau jadi berkembang jadi lebih baik. Dan menurutku saat ini hal itu cukup, karena kemauan lah yang akan drive our action, kan?

Well, I may not the best, neither the fastest one, but I know I will be there.

No comments:

Post a Comment