Hai blog yang udah mulai berdebu. Maaf laba-laba mungkin lebih sering berkunjung ke sini daripada pemilik aslinya. Pupus sudah salah satu resolusi 2020-ku yaitu untuk lebih sering menulis. Ehehe... ANYWAYS~~
Kali ini aku mau cerita pengalamanku berkunjung ke griya tempat salah satu bapak proklamator Indonesia yaitu Bung Hatta dilahirkan. Griya ini sekarang sudah ditetapkan sebagai museum dengan sebutan akrabnya yaitu Rumah Kediaman Bung Hatta--untuk selanjutnya aku sebut Museum saja ya. Museum ini berlokasi di Bukittinggi, tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta nomor 37. Lokasinya gampang dijangkau dari mana-mana karena ada di tengah kota, dan yang lebih penting, ada di Google Maps.
Sumber: Wikipedia |
Aku ke sana sendirian dong. Akhirnya aku bisa melancong sendirian lagi setelah terakhir aku ke Medan akhir tahun lalu. Bepergian sendirian buatku adalah kesenangan tersendiri sih--yaiyalah kalo pergi berdua namanya kesenangan berdua. He. Ngga gitu sih wkwk. Kesenangan tersendiri karena kalau pergi sama kawan pasti ngga sebebas kalau sendiri. Dengan sendiri aku bisa menentukan mau ke mana, berapa lama, naik apa dengan bebas. Dan kalau aku pengen berlama-lama di satu tempat, aku ngga perlu merasa ngga enak sama siapapun. Xixi.
Okay mari kita balik ke Museum. Untuk masuk ke Museum Kediaman Bung Hatta ini tidak dikenakan tiket masuk loh alias free gratis. Uyeay.
Tampak depan museum ini kecil dengan aksen bangunan Sumatera Barat yang kental. Di bagian depan ada kakak penjaga museumnya yang langsung mengisyaratkan ke aku untuk buka alas kaki. Setelah lepas sepatu, aku mulai menginjakkan kakiku ke lantai kayu yang super adem seperti ubin mesjid. Rasanya apa yah... homy, I guess? Rumah kecil yang syahdu dan sejuk. Di sebelah pintu utama, ada 1 kamar tidur kecil dengan kasur dipan sederhana & furnitur secukupnya. Setelah itu aku masuk ke ruang utama. Ruangan utama diisi dengan seperangkat meja-kursi tamu, dan dindingnya dipenuhi dengan berbagai foto dan dokumentasi lain Bung Hatta.
Di samping ruang utama ada 1 kamar tidur yang lebih besar dan kamar depan sebelumnya. Meskipun besar, furnitur yang ada tidak muluk-muluk: kasur dipan, almari 2 pintu, sepasang meja kursi, dan 1 buah mesin jahit jadul. Dinding kamar terbuat dari anyaman bambu dan ada tikar rotan melapisi lantai kayu. Rasanya seperti balik ke desa aja euy.
Lanjut lagi, aku jalan menuju rumah belakang. Museum menyediakan berjajar sandal teklek (sandal kayu) untuk dipakai ke rumah belakang tersebut. Di rumah belakang terdapat beberapa ruang diantaranya ruang tidur, dapur tempat memasak, kamar mandi, dan tempat 'parkir' bendi.
Lepas dari rumah belakang, ada 1 ruangan lagi yang ternyata terhubung dengan bangunan utama. Ruang tersebut adalah ruang makan keluarga Bung Hatta. Ruangannya kecil dan penuh aksen kayu khas rumah minang lama. Dan serunya ada piring dan gelas jadul yang bikin kita terbawa ke suasana masa kecil --lah padahal gw kecilnya di Jawa hahaha-- Dari situ, aku langsung ke lantai atas.
Di lantai atas ada 1 ruangan keluarga dan 2 kamar tidur. Ada juga balkon yang menghadap ke jalan Soekarno-Hatta. Aku bayangin duduk di balkon itu di kursi goyang sambil makan gorengan dan minum teh anget. Beuhh....indaaaah indah.
Sebetulnya museum ini akan kurang menarik kalau kamu bukan orang yang suka museum. Karena yah di sini pure cuma bisa lihat-lihat koleksi dan rumah beserta isinya. Belum ada wahana-wahana yang bisa dicoba/dilakukan/ditonton. Tapi menurutku kegiatan ngunjungin museum kayak gini bagus loh dilakukan. Kita bisa lebih kenal & lebih menghargai sejarah. Anjai...
Itu dulu untuk postingan kali ini. Sebetulnya aku punya banyak bahan untuk ditulis nih, karena akhir-akhir ini dan kedepannya bolak-balik Pekanbaru - Sumbar mulu. Mohon doanya ya temans agar badan ini tetap sehat. Kamu juga semoga sehat syelaluuu~~ Ciao!
No comments:
Post a Comment