Udah sekitar 1 bulan Indonesia dihebohkan sama virus made in China satu ini. Udah 2 minggu lebih anjuran Work From Home (WFH) diserukan ke seluruh negeri (ya walaupun aku ngga kebagian juga but, yea~). Setiap orang punya caranya sendiri untuk 'bertahan hidup' dan 'stay sane' dengan keadaan ini. Kalau aku, cara salah satunya adalah menghilangkan (mute) kata-kata yang berhubungan sama Corona di Twitter. Mungkin bisa dicoba~
Bukannya aku apatis atau gimana, tapi ini cuma salah satu caraku untuk ngga overwhelmed dengan kondisi yang ada sekarang. Alhamdulillah, pada dasarnya aku ngga panikan dan males meributkan hal yang ngga perlu, jadi aku ngga ikutan nyalah-nyalahin pemerintah atau nyalah-nyalahin orang-orang yang beli alkes untuk melindungi dirinya. Yang penting aku ikuti anjuran yang make sense aja. No ribut-ribut, no pusing-pusing.
Kalau aku orang yang panikan dan takut banget mati, mungkin aku udah bikin air rebusan bawang putih, sirih, jahe, menyan, minyak angin, apapun itu lah yang di-share sama keluarga di grup WA. Belum lagi orang-orang kantor yang... yaah... entah mereka pada dasarnya super perhatian sama kawan-kawan kantornya, atau latah aja sama tombol forward di WA ya. Info apapun di-forward mulai dari data korban positif, video anak ditinggal ortunya, sampai yang terparah ada mayat korban yang ngga diterima oleh warga...
(Miris banget baca berita-berita semacam ini. Kalau Tuhan bisa nyesel, mungkin salah satu penyesalanNya adalah penciptaan manusia. Trus iblis di pojokan ngomong, "tuh kan apa gua bilang dulu...")
Aku adalah satu dari kaum yang mengimani bahwa penyakit itu datangnya dari pikiran. Yep, so naive and lack of science haha. Yah gimana, tapi menurutku emang demikian. Apalagi di tengah pandemi COVID-19 yang aku udah cukup muak mendengarnya. Gimana ngga, di manapun, dunia nyata maupun maya, grup kantor sampai keluarga, asumsi sampai mata najwa, semua ngomongin hal yang sama: Corona.
Dan satu yang ku takutkan kayaknya udah mulai terjadi: orang-orang lain udah mulai bosan. Bosan sama semua berita simpang siur penuh perpecahan, bosan stay di rumah, bosan ngga bisa melakukan hal yang mereka mau. Di IG story aja ada beberapa kawan yang mulai share kegiatan mereka di luar rumah di hari libur ini. Well, menurutku ngga sepenuhnya salah sih. Aku yang cuma Sabtu & Minggu stay di kosan aja mati gaya, apalagi mereka yang udah WFH berminggu-minggu, kan?
Wajar capek sama corona, namanya juga manusia.
Kembali ke hal tadi, aku orang yang percaya bahwa penyakit itu datangnya dari pikiran. Menurutku gitu, karena kayaknya aku sebenernya pernah terpapar sama virus itu deh, karena 5 dari 7 hari aku ke kantor dan di kantor kadang ke ruangan yang banyak orang luar berdatangan. Tapi karena aku santai aja, jadi virusnya mungkin kesel ya, "woy plis gua corona nih coronaaa," trus daya tahan tubuhku nyantai aja sambil nyobain dance tutorial-nya ITZY, lalu virusnya cabs. Hehe.
Bukan berarti yang kena corona itu pikirannya negatif ya. Mungkin lagi apes, atau memang daya tahan tubuhnya lagi lemah, kan? Yang pasti, ngga ada orang yang ingin jatuh sakit. Jadi, kalau ada kawan kita yang kena, hibur dia, semangatin dia, semangatin keluarga dan orang-orang terdekatnya.
Untuk kamu yang entah kenapa baca sampai paragraf ini, stay safe, keep calm, sayangin badannya yaa. Kalau kita tetap sehat sampai pandemi ini berakhir berarti alhamdulillaah, kalau ternyata kena ya maudi, maudi kataaaakan apa lagi. Karena ini virus, daya tahan tubuh kita bisa lawan, kok. InsyaAllah.
Yang lebih penting lagi, kuatin mentalnya juga. Jangan kalah sama rasa bosan, cari kesibukan di rumah. Oke oke? God bless us always, amen ({})
No comments:
Post a Comment