Warmest regards

November 5, 2019

Menjamah Gunung Singgalang Oktober 2019


Bermula dari pertanyaan iseng Bang Fathan,
"Suka naik gunung ngga, Cha?"
yang ku jawab,
"Ngga 'suka' sih, tapi pengen."
Lalu berakhirlah aku dengan masuk ke grup berisi 10 orang yang sedang merencanakan pendakian ke gunung Singgalang, Sumatera Barat.

Aku ngga yakin pula itu jawaban yang tepat atau ngga sebetulnya. Yang pasti, jawaban itu membawaku ke Gunung Singgalang tanggal 27 - 28 Oktober 2019 kemarin.


Disclaimer: Bukan untuk Pemula


Saat menulis artikel ini, paha dan betis kiri & kananku lagi super pegal linu, ditambah telapak kaki yang bengkak & membiru akibat keseleo. Haha ketahuan newbie-nya kan...

Kata temanku, gunung-gunung di Sumatera ini memang rata-rata punya track yang sulit. Beda dengan gunung-gunung di pulau Jawa yang cenderung lebih landai. Meskipun begitu, gunung-gunung di Sumatera tetap ada kok yang masuk kategori "mudah" dan, let's say, "newbie friendly". Tapi Singgalang bukan salah satunya...

Aku sebagai seorang newbie di dunia pendakian ini, ngga menyangka banget akan disuguhi track yang bukan main gokilnya. Sebelum ini, aku belum pernah daki gunung sebelumnya. Hal paling 'mapala' yang pernah aku lakukan cuma ke Kawah Ratu (gunung Salak) dan ke Puncak Sikunir (Dieng). Itu pun level kesulitannya jauh di bawah Singgalang.

Kawan-kawanku punya istilah ketika track di sebuah pendakian jadi landai dan bisa jalan santai, yaitu namanya "bonus". Jadi, ketika tiba-tiba rute yang dilalui landai dan effortless, kawanku akan bilang, "wah bonus". Nah, Singgalang ini jaraaang banget ada bonusnya. Misal pun ada bonus, ngga akan lebih dari 10 meter panjangnya. Track-nya didominasi oleh manjat batu dan pegangan ke akar pohon. Tracking pole is my favorite equipment there.

Tips aja, kalau belum pernah naik gunung, baiknya jangan jadikan Singgalang sebagai gunung pertamamu. Bukan apa-apa, khawatirnya setelah naik Singgalang malah jadi trauma naik gunung kan sedih :")

Tapi, well, ternyata aku yang belum pernah naik gunung aja bisa. Harusnya semua orang juga bisa sih.


Mobil Pick Up Mogok

Iya carrier-nya paling kecil iya ^^"
Kemarin aku pergi naik ke Singgalang rombongan bertujuh; Aku, 4 orang teman kantor (Fathan, Ihsan, Dina, Jihad), dan 2 orang kawan beda kantor (Jhon & Guntur). Kami sudah kumpul di rumah bang Fathan Sabtu pagi. Setelah selesaikan packing, kami berangkat ke posko awal pendakian di daerah Pandai Sikek. Sekitar pukul 09:00, mobil pick up merah yang kami sewa mulai berangkat ke posko.


Di jalan, bang Jhon bilang, "Nah ini pas nih kita berangkat jam segini. Kemarin pas Merapi kesiangan tuh kita, jam 12 baru mulai nanjak."

Semua berjalan lancar, berhenti di posko pelaporan pun lancar, tiba-tiba laju pick up jadi tersendat-sendat. Masih sekitar 500 meter menuju titik awal pendakian, mobil kami mogok. Bensinnya habis rupanya. Bang Fathan pun berinisiatif menelepon nomor orang posko tadi, siapa tahu mereka bisa bawakan bensin dari bawah. Sialnya, nomor orang posko ngga bisa dihubungi. Sampai akhirnya, 2 buah motor lewat dan bersedia meminjamkan salah satu motornya untuk kami pakai membeli bensin ke bawah. Kami pun berkenalan dengan 2 orang abang ini yang nantinya akan ketemu lagi di Telaga Dewi.

Pas pick up kami mogok
Sekitar 1,5 jam kami terhenti, akhirnya bensin berhasil dibeli dan perjalanan dilanjutkan. Tercatat, kami baru mulai mendaki pkl.12:00, persis yang dibilang bang Jhon :))


Kaki Keseleo di 5 Menit Pertama


Sampai di posko awal pendakian, kami disambut dengan hujan rintik-rintik nanggung. Setelah berdoa bersama, pakai jas hujan, lalu stretching, kami pun memulai pendakian.

Ada 2 track pilihan yaitu track moderate tapi jauh, atau track 'agak berat' tapi lebih cepat. Rombongan kami pun memilih track kedua, aku yang gak tahu apa-apa pun ngikut aja kayak anak ayam. Cong... track 'agak berat' yang dimaksud itu kayak LDR.... sulit banget! Penuh bebatuan besar, parit-parit sempit, tanaman pimpiang yang tumbuh lebat jadi orang super tinggi kayak bang Jhon harus merangkak.
Pose di track menuju pos 1

Mungkin kakiku terlalu semangat, pas mencoba lompat dari 1 batu ke batu besar lainnya, aku kepeleset & kakiku terpuruk ke bawah. Kaki kananku keseleo, rasa sakitnya saat itu sampai ke ubun-ubun. Aku ngga teriak, cuma diem beberapa saat sambil ngelurusin pikiranku lagi,
"Oke, aku gak yakin ini bisa lanjut. Tapi baru 5 menit naik ini, yakali putar balik"
"Belum terlambat sih kalau mau putar balik, mumpung belum terlalu jauh kan"
"Ngga..ngga.. Kayaknya ni kaki masih bisa lanjut deh. Nyesel kamu kalau gak lanjut, Cha"

Kira-kira gitu isi kepalaku waktu itu.
Akhirnya sambil nahan-nahan sakit, aku beranikan untuk lanjut.

Sekitar 40 menit berikutnya, aku dan rombongan sampai di pos pertama dari 3 pos yang menanti kami. Di pos 1 ini kami ketemu lagi dengan abang-abang yang bantu kami saat mobil mogok. Mereka sudah istirahat cukup lama pas kami sampai di sana. Setelah beristirahat kurang lebih 30 menit, kami lanjut ke pos 2. Kakiku? Cenat-cenutnya semakin berasa :))

Perjalanan ke pos 2 menurutku yang paling mudah dibanding part lainnya. Mungkin karena habis digembleng di pos 1 ya, jadi setelahnya berasa lebih santai. Di pos 2 kami ngga berhenti terlalu lama karena sudah hampir masuk waktu maghrib. Kami pun lanjut ke pos 3.



Perjalanan ke pos 3 ini sebetulnya ngga seberat pos pertama. Tapi, saat itu kondisi kami lebih lemah daripada awal pendakian. Energi hampir habis, hawa semakin dingin, oksigen pun menipis. Bang Fathan pun memutuskan bahwa kami akan nge-camp di pos 3 aja, tidak perlu naik sampai Telaga Dewi.

Ngecamp di Pos 3


Aku masih ingat gimana bahagianya melihat tulisan "Camp Cadas" malam itu. Sekitar pukul 21:00 kami tiba di tempat perkemahan. Sambil diguyur hujan cukup intens, kami bangun tenda (well, sebenernya yang cowok-cowok sih yang bikin hehehe). Setelah tenda siap dan kami sudah berganti pakaian tidur, kami bikin makanan. Nasi + indomi + rendang dari mamanya Ihsan rasanya enaaaak banget malam itu. Hahaha.

Kami pun lanjut istirahat.

Paginya, kami foto-foto di Cadas sebentar, lalu persiapan naik ke Telaga Dewi. Awalnya aku udah memutuskan untuk stay di tenda aja ketika yang lain lanjut ke Telaga Dewi. Pertimbangannya karena kondisi kakiku yang belum membaik juga. Takutnya, pas turun gunungnya akunya gak sanggup kan kasihan yang lain ya :))

Tapi setelah diyakinkan lagi sama bang Guntur, aku memutuskan lanjut ikut ke Telaga Dewi. Tracknya ngga terlalu berat sih, alhamdulillah. Setelah nanjak di Cadas, kami masuk ke Hutan Lumut yang fascinating. Sepanjang jalan, beberapa kali kami mensyukuri keputusan nge-camp di pos 3 semalam. Gak kebayang kalau harus melewati track batu-batu cadas dan hutan lumut dalam kondisi kayak semalam. Bisa-bisa kami berakhir di berita koran...

The fascinating Hutan Lumut
Sekitar 30 menit, kami sudah tiba di Telaga Dewi.


Telaga Dewi; Danau di 2877 mdpl

Sampai di Telaga Dewi, kami disambut dengan danau yang gak gitu besar, dengan beberapa pohon-pohon meranggas yang jadi super aesthetic kalau dijadikan objek foto. Pas kami datang, kabutnya tebal kali di telaga itu, pemandangan di seberang danau pun ngga terlihat. Tapi dalam beberapa menit, kabutnya bisa hilang dan terpampanglah pemandangan yang bikin otot dan otak meleleh rasanya, rileks.

Tapi beberapa menit kemudian, kabutnya datang lagi.


Baru kali ini aku lihat danau di atas gunung. Keren banget cuy. Bayangkan kamu lihat gunung dari jauh, dan di suatu sisi di tingginya gunung itu ada cekungan besar dan isinya air.

Kami nyantai-nyantai, foto-foto, makan-makan sekitar 2 jam di sana. Kami pun bertemu lagi dengan 2 abang yang meminjamkan motornya di insiden pick up mogok di sana. Setelah beramah tamah dengan sesama campers, kami pun kembali ke tenda. Sebetulnya Singgalang punya puncak yang lebih tinggi, jaraknya pun kalau kata Ihsan 30-45 menit aja dari Telaga Dewi. Tapi kurang tau juga ya jarak sebenarnya seberapa. Anak gunung suka bohong soalnya kalau lagi perjalanan :))

Ingat kali aku, sesaat setelah keseleo, Ihsan menyemangati dengan bilang pos 1 ini tinggal 10 menit lagi selesai. Nyatanya hampir 1 jam :")


Anyways, setelah mempersiapkan bekal dan beres-beres tenda, kami pun mulai perjalanan turun pukul 14:00.


Salah Track dan Kabut Super Tebal


Perjalanan turun, seperti normalnya, berjalan lebih cepat dari waktu awal mendaki. Kalau total waktu mendaki kemarin +9 jam, kami turun dalam waktu +6 jam. Itu pun pakai insiden salah track dan nyasar ke kebun orang.

Awalnya perjalanan cukup lancar. Cukup lancar di sini artinya ada beberapa orang kepleset atau kesandung ya. Sampai di pos 1, kami mempersiapkan fisik dan mental untuk melalui track gila-gilaan itu. Alhamdulillaah lancar sampai kami tiba di satu jalan bercabang. Yang satu jalannya lebih rapi, jalurnya kelihatan, sedangkan satunya super gelap dan penuh batu-batu. Bermodalkan feeling, kami pilih jalan yang rapi tadi--yang ternyata salah haha.

Sekitar 15 menit menelusuri jalan itu, mulai muncul keraguan,
"Kayaknya kita ngga lewat sini pas berangkat"
Dan bener aja, kami salah ambil jalan dan terlampau jauh untuk putar balik. Pantesan kok track-nya ngga sekejam yang kami lalui saat berangkat...

Kami juga baru sadar tiang listrik yang seharusnya bisa jadi panduan kami, lama ngga terlihat lagi. Efek kabut dan lelah juga mungkin ya.

Tapi kami putuskan untuk lanjut aja karena pasti ada ujungnya.

Di percabangan berikutnya, kami bingung lagi. Ihsan sih yang bingung karena dia yang jalan paling depan. Kabut yang super tebel malam itu menambah clueless-nya kami. I swear that was the thickest fog I've ever encounter. Dengan jarak pandang kurang dari 10 meter, we had nothing but courage. Kami pun memilih salah satu jalan dan lanjut. Kami masuk ke perkebunan warga. It was a good sign! Setidaknya di sini seharusnya ngga jauh dari peradaban, hahaha.

Tiba-tiba kami ketemu sama seekor anjing warna putih yang berjalan naik ke tanah bagian atas. Ihsan pun coba menyusul anjing itu ke atas dengan harapan si anjing bisa tuntun kita ke peradaban. Eh tiba-tiba si anjing turun lagi dan melenggang ke perkebunan.

Dari kejauhan kami bisa dengar ada orang-orang bersenda gurau. Kami yakin kalau itu adalah posko awal pendakian. Bang Fathan pun berinisiatif teriak ke arah sumber orang-orang bercakap-cakap tadi,
"Poskoooo!!" diikuti oleh kak Dina.

Setelah teriakan ke 4/5, akhirnya ada yang merespon dari kejauhan! Seseorang mengayun-ayun senternya ke udara. Sinar senter itu berjalan ke arah kami yang ternyata benar itu milik seseorang di posko awal.
Kita selamat!

Setelah kami jalan ke orang itu, posko pun terlihat. Anjing tadi pun juga ada di posko. Rupanya dia tadi sebetulnya berniat menuntun kami kembali di posko :") Terima kasih, Tuhan.

Di posko, ada rombongan yang kami temui di Telaga Dewi sebelumnya. Rupanya beberapa kawan mereka belum sampai di posko, jadi mereka mendirikan tenda lagi sambil menunggu. Mobil pick up yang kemarin mengantar kami pun sudah di sana menunggu kedatangan 7 orang kelelahan untuk diantar kembali ke Bukittinggi.

We did it!

Sebuah Pengalaman Mahal

Yes, menurutku naik gunung ini jadi pengalaman yang mahal harganya. Kalau pengalamanku ini ditukar sama uang 1 milyar, tentu aku pasti mau. Yaiyalah kan tinggal naik gunung lagi hehehe...
Engga lah, bercanda, mana ada yang mau nukar pengalaman sama uang semilyar kan?

Tapi beneran deh, pengalaman naik gunung ini mahal banget kalau dibanding uang yang kukeluarkan untuk naik gunung ini. Yaa sebetulnya aku belum keluar uang juga sih karena bang Fathan belum selesai merekap keuangannya :))

Intinya, aku ngga kapok naik gunung. Mehehehe. Tapi kapok naik Singgalang. Mungkin salah satu alasannya karena pengalaman naik gunung pertama ini aku jalanin sama temen-temen yang asik & baik bangeet semuanya tanpa terkecuali. Bang Fathan yang tetap tenang di kondisi apapun, bang Jhon dengan segala jokes-nya yang kocak banget, mas Jihad yang super cool sepanjang jalan, kak Dhina yang selalu mensupport dengan berbagai perlengkapannya, bang Guntur yang so strong dan gaada capeknya, dan Ihsan yang super gercep dan helpful dan love-hate relationship sama bang Jhon.



Semoga akan ada trip berikutnya yaaaaa!!!
Janji deh nulisnya ngga akan selama tulisan Singgalang ini hahaha.

Minggu lalu hectic banget di kantor cuy.
Yaudah sih Cha ngga ada yg nungguin postingan u juga wk

4 comments:

  1. Pendaki teladan...pendaki yang mau effort buat ceritain kembali perjalanannya lewat tulisan..haha
    Pengen baca tulisan yg lain , tapi males..wkwk
    Really nice story, cha ���� Moga pijet nya pak sugeng ampuh benerin kakinya ..wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iyadong :3
      Kayaknya kurang ampuh deh bang ini Pak Sugeng, gak normal2 kakinya huhu

      Delete
  2. "gunung suka bohong soalnya kalau lagi perjalanan :))"

    Enggak kok
    Gk diperjalanan pun kami tetep suka bohong
    Hahaha

    ReplyDelete