Nah, kali ini aku pengen bahas plus-minusnya berbagai pilihan transportasi umum di Jakarta. Kenapa? Karena di luar sana nyatanya masih sangat banyak orang Jakarta yang betul-betul asing dengan transportasi umum. Mereka masih setia dengan bermacet-macet ria di kendaraan pribadi, sambil mengeluh karena kotanya sangat macet padahal mereka salah satu faktor pembuat kemacetannya. Ironis yah.
Banyak yang cenderung 'takut' mencoba transportasi umum, atau 'malas' beralih, atau 'ogah' status sosialnya turun. Padahal, transportasi umum tak seburuk itu gaes :D
Dengan naik transportasi umum, waktu yang kamu gunakan untuk menyetir bisa digunakan untuk hal lain yang lebih berfaedah seperti mengerjakan tugas, baca buku, atau scroll timeline instagram (terberfaedah2028). Kan gue ada sopir, gue juga bisa ngelakuin hal itu. Heuu... Yaudah deh
Kereta Rel Listrik / Commuter Line
Aku mulai regularly pakai KRL untuk transportasi sejak mamah mulai buka kantor di Jakarta di tahun 2015. Sebelumnya kosku berlokasi gak jauh dari kampus, jadi moda transportasi utamaku adalah kedua kaki ini. Sejak mamah buka kantor di Jakarta, ku jadi sering pulang-pergi Kampus(Depok) - Jakarta naik KRL.Tampak dalam KRL. source: Tribunnews |
- Nyaman, dengan gerbong full AC, dari stasiun sampai gerbong bebas rokok
- Bebas hujan, dari stasiun, peron, sampai gerbong pasti terlindungi
- Murah cuy, tarifnya dari 3.000 sampai yang paling mahal 11.500 sekali jalan
- Ada gerbong khusus wanita, yang artinya lebih sedap baunya dari gerbong campur
- Jadwal cukup jelas dan ada aplikasi tracker yang membantu pisan
- Bisa pakai e-money/flazz/semacamnya
Kekurangan dari KRL:
Oke kubingung...
- Kalau lagi "arus pepes", beneran jadi pepes di dalam gerbong. Biasanya di jam pulang kerja, arah dari Jakarta ke kota-kota sekitarnya (Bogor, Bekasi, Tangerang)
- Kalau lagi "arus pepes", ibu-ibunya so ganas seperti harimau mencari mangsa
- Rutenya kurang menyeluruh, jadi seringkali perlu gunakan transportasi lain untuk ke stasiun
- Kadang perjalanan tertahan kalau keretanya ngantri masuk stasiun-stasiun transit seperti Manggarai & Jakarta Kota
Bus Transjakarta (TJ)
Kalau untuk TJ, aku baru regularly pakai sejak awal 2017 ini, untuk mobilitas dari dan ke kantor magang. Sejak semester 8 ini aku memang udah ngga ada jadwal 'ngampus' lagi karena SKS udah habis dan tinggal tugas akhir aja. Jadi aku memutuskan untuk sekalian magang.
Kelebihan dari Transjakarta:
Tampak dalam bus TJ source: Metrotvnews |
- Nyaman, full AC, dari halte sampai bus bebas rokok
- Bebas hujan, asal udah sampai tangga menuju halte, dipastikan bebas kehujanan
- Murah, 3.500 sekali jalan dari sabang-merauke
- Selain bis khusus wanita, di bis yang ukuran besar (gandeng), bagian depan juga area khusus wanita. So enak.
- Rutenya cukup menyeluruh di DKI Jakarta & sekitarnya
- Bisa pakai e-money/flazz/semacamnya
Kekurangan dari Transjakarta:
- Jembatan penyeberangan menuju haltenya, untuk yang belum biasa, sering lumayan menguras tenaga. Yah anggap aja olahraga.
- Tidak semua rutenya punya jalur busway, jadi kalau macet ya macet... Tapi mostly ada busway.
- Kadang perjalanan tertahan kalau bisnya masuk halte sentral seperti Harmoni & Monas
Angkot & Metro Mini
Aku kayaknya punya sentimen pribadi terhadap kendaraan ini. Semacam love-hate relationship tapi banyakan hate-nya -_- Anyways, aku mulai naik angkot sejak awal banget menginjakkan kaki di Depok. Angkutan ini yang pertama kali aku akrabin (?) Sedangkan untuk metro mini aku cuma beberapa kali naik saja, tapi bisa kusimpulkan bahwa kedua jenis kendaraan ini punya karakteristik sama.
Kelebihan dari angkot&metro mini:
Angkot source: Infospesial.net |
Metro Mini source: Tukangmarketing |
- Murah, rentang harga 3.000-7.000 tergantung jarak
- Semua wilayah ada, saking buanyaknya sampe kayak cendol di es cendol
- Bebas hujan, ya soalnya gaada angkot&metro mini pakai mobil pick up
- Kalau beruntung, ada dangdutan yang menemani sepanjang perjalanan
- Untuk plat kuning tidak kena peraturan ganjil-genap
Kekurangan dari angkot & metro mini adalah:
- Panas, no AC
- Aku belum pernah tau ada angkot&metro mini yang bebas rokok
- Ngetem seenak jydat sopirnya, tidak ada estimasi waktu
- Sopir berhak menurunkan kamu seenaknya kalau tinggal kamu satu-satunya penumpang. Xianjing.
- Kalau macet ya macet aja
Ojek Online
Yang lagi heittsss (baca: hits) diperbincangkan berbagai kalangan ya ini: Ojek Online. Aku bangga jadi saksi sejarah tumbuh dan berkembangnya moda transportasi ini di tanah air. Bayangkan beberapa puluh tahun ke depan GO-Jek & Grab ada di buku sejarah anak SD, dan anakku datang ke aku lalu tanya, "Mah, dulu aplikasi yang pertama punya fitur "Chat dengan Driver" itu gojek, grab, atau uber? Besok ulangan Sejarah ni Mah", dan dengan yakin aku jawab, "Grab, Dek, mamah dulu pengguna setia Grab soalnya"
- Ekonomis, kalau dibandingkan ojek pangkalan yang matok harga seenak jydat, atau argo taksi yang tak kenal ampun
- Aman, karena semua driver dan data-datanya dipantau di aplikasi
- Antar dari depan pintu hingga tempat tujuan
- Praktis, tinggal syuu-syuu lewat telepon dapet driver
- Driver ngga bisa "memalak" pelanggan, karena tarif sesuai aplikasi
- Bisa bayar pakai uang elektronik (top-up saldo)
Kekurangan dari Ojek Online:
- Ojek motor tak tahan air
- Kalau apes, dapat driver yang tak paham jalan
- Perlu baterai ponsel dan kuota internet untuk dapat ojek
- Kalau jam sibuk, tarif naik
- Untuk mobil, tetap kena peraturan ganjil-genap
Taksi
Aku jarang banget naik taksi. Ya gimana ku menyesuaikan jeritan dompetku saja... Langsung aja ya.
- Nyaman, kayak bos aja gitu kalau naik taksi
- Kebanyakan sopir paham jalan
- Menyetir pakai tata krama dan sopan pada pelanggan
- Sopir mau disuruh menunggu atau belok ke jalan sesuka hati penumpang (karena the cost depends on the argo)
- Bebas peraturan ganjil-genap
Kekurangan Taksi:
- Mehong, argo berjalan tiada ampun.
- Better penumpang paham jalan agar argo tidak disalahgunakan sopir
- Kalau macet ya macet aja
- Kurang susah ditemui kalau bukan di perkotaan
---- T I P S ----
Biar Hemat
Kalau kamu akan pergi ke suatu tempat, aku sarankan untuk lihat lokasinya di Google Maps dahulu. Setelah ketemu titik lokasi tujuan, coba lihat sekelilingnya, apakah ada stasiun kereta api/halte bus transjakarta. Kalau memungkinkan, naik KRL atau TJ aja, setelah itu baru menyambung dengan angkot atau ojek online atau lainnya.
Biar Aman
Ke mana-mana, pastikan bawa identitas diri (KTP/SIM/KTM/Paspor/Kartu Keluarga/Akte wkwk canda) agar kalau terjadi hal-hal di luar perkiraan, kamu bisa cuss ke kantor polisi terdekat tanpa dituduh sebagai orang 'sakit jiwa'. Tips lainnya adalah, hindari asik main ponsel di angkot, metro mini, atau ojek. Boleh sesekali cek, tapi jangan terlarut asik sampai-sampai tak sadar tas kamu raib ya. Jangan kepedean dan tetap waspada.
Biar Chantique
Wajar ya sist wanita ingin terlihat OK walau naik angkutan umum. Kalau ini sih, aku ikut mama Elvi Sukaesih aja, banyak berdoa dan tetap positif. InsyaAllah kamu akan tetap cantik walau sampai usia baya :P #keselngga
p.s. Untuk yang mau menambahkan, boleh banget
tulis di kolom komentar. Siapa tahu punya tips-tips chantique lain
p.s.s. Ini lebih ke transportasi umum di Jakarta dan sekitarnya ya
p.s.s. Ini lebih ke transportasi umum di Jakarta dan sekitarnya ya
aku mau tambahin kekurangan naik angkot/metro mini haha. relatif tidak aman angkutan umum yg ini, lebih insecure :p
ReplyDeleteIni nih berpengalaman dicopet di metro mini wkwk
ReplyDelete