Warmest regards

August 27, 2012

Seminggu Besok Tidak Berat

27 Agustus 2012 | 21.10 WIB

Time is running quickly, quicker than I thought.
Rasanya baru kemarin saya menyambut Pra-MOP 2012, dan besok saya sudah menginjakkan kaki di masa PPLB 2012 yang notabene berjarak satu bulan.
Kaget.
Waktu, kamu sangat cepat berjalan ya.
Jujur, sebagai salah satu panitia, saya  n e r v o u s  b e r a t ! ! !
Saya mencoba berpikir positif terhadap diri saya sendiri, saya berusaha yakin bahwa saya telah melakukan yang terbaik.
Saya mencoba berpikir positif terhadap Tuhan, yap, selalu. Tuhan telah membantu saya hingga saat ini, maka insyaAllah Dia pun akan membantu saya esok dan seterusnya; bantuan Tuhan beragam bentuknya.

Saya ingin memberikan yang terbaik bagi Padmanaba di tahun terakhir saya. Yap, tahun terakhir.

WHOAAAA, kampret SMA kok cepet banget siiiiih??????!!

Okay, saya kembalikan ke topik awal.
Seminggu ke depan? P-P-L-B.
Sebuah agenda sekolah saya, pembinaan bagi para 'new-comers' alias anak-anak kelas X.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Semoga berjalan lancar, tujuan seluruh panitia tercapai. Semua pihak dapat positive-impactnya. Aamiin.
Mari siapkan semua barang bawaan untuk besok. Hap hap!
Semangat!

August 17, 2012

HUT RI ke-67. Merdekanya Saya!


17 Agustus 2012 | Pukul 20.55 WIB saat saya mulai menulis.

Assalamu’alaykum Wr. Wb.
Dirgahayu Indonesia yang ke-67! Umurmu masih dua digit. Perjalananmu masih panjang. Maklum saja kalau masih berkembang, tetapi majulah secepatnya.

Hari ini benar-benar menyenangkan. Ada apa? Karena hari ini saya melakukan banyak hal, hingga saya kecapekan, itu artinya hari ini produktif bagi saya. Alhamdulillah! Pertama, saya harus dating ke sekolah sebelum pukul 07.30 WIB karena ada upacara peringatan HUT RI di sekolah. Setelah itu, pukul 09.00, saya bersama bintang, lala, venta, dan arnest pergi ke Gedung Agung untuk menyaksikan upacara HUT RI. Sebenarnya tujuan kami adalah melihat PC69 bertugas di pengibaran –kalau saya, terkhusus melihat Oscar- hahaha. Setelah bendera merah-putih berkibar di Gedung Agung, saya dan bintang pergi ke Balai Kota. Disana kami hanya melihat sesi foto para Paskibraka. Tapi itu cukup menyenangkan mengingat Bintang ingin menjadi seorang Paskibraka kelak. Hmm, saya doakan yang terbaik untuk kamu, Tang!

Hari ini tidak hanya sampai situ. Pukul 11.00 saya dan bintang pulang. Sesampainya di rumah saya hanya bias leren sejenak karena harus segera kembali ke sekolah. Saya bersama beberapa sie acara harus pergi ke GOR AAU Adisucipto untuk memantau tugas anak-anak kelas X. Wuih, cuaca tadi siang betul-betul panas, Alhamdulillah, saya sedang masa tidak berpuasa. Sekitar pukul 15.00 saya dan teman-teman kembali ke rumah masing-masing. Tetapi di tengah jalan, saya terpikir untuk mampir ke Jolie. Saya ingin membeli sepasang flat shoes baru karena milik saya sekarang sudah butut istilahnya. Saya pun mampir sebentar, tetapi saya tidak jadi membeli apa-apa karena belum sreg dengan pilihan sepatu di sana.

Di tengah-tengah ‘belanja mata’ saya, tiba-tiba Abi menelpon. Abi meminta saya untuk menjemputnya di stasiun. Karena saya hanya membawa helm satu, maka saya harus mengambil helm ke rumah kemudian pergi lagi ke stasiun. Huaaah, jarang-jarang juga saya seharian bepergian seperti ini, jadi saya menikmatinya. Sepulang dari stasiun, jam menunjukkan pukul 16.45. Sesampainya di rumah, saya mengajak Abi untuk ngabuburit, yaa sekadar mencari jajanan.  Saya dan Abi pun pergi sampai sekitar pukul 17.30. Selebihnya, saya habiskan di rumah.

Alhamdulillah, Alhamdulillah masih bisa melakukan segala aktivitas dengan lancar tanpa halangan. Betul-betul kemurahan Allah SWT. Inilah merdekanya manusia yang sebenar-benarnya.
Wassalamu’alaykum Wr. Wb.

August 1, 2012

Saya, sebagai Padmanaba 68

August, 1st, 2012
Padmanaba without sixty eight, is still Padmanaba.
But sixty eight without Padmanaba? Not more than just a bullshit.
Yep, that's true.
For me, Padmanaba is a united. Padmanaba is one big thing, and every part definitely can't standing alone. Really. 68 is great, because we are part of Padmanaba, because there are 67, 66, and the others. And so is another generation. We are completing each other, supporting each other, live with Padmanaba's rule in Padmanaba's world.
I'm glad and I'm proud of it. I'm proud to be a part of Padmanaba...

Saya bangga berada di Padmanaba, dimana mereka, para orang hebat, berkumpul dan berbagi ilmu.
Saya akui, teman-teman saya di Padmanaba betul-betul para orang hebat. Pemikir yang jenius. Penasehat yang rendah hati. Beberapa adalah pemimpin yang bijaksana. Beberapa teman yang setia. Saya tidak tahu diri saya termasuk di golongan apa, yang jelas, saya bangga berada di tengah-tengah mereka.

Saya bangga berada di Padmanaba, dimana pluralitas dijunjung tinggi, dan batas-batas dileburkan. Dalam arti positif tentunya. Padmanaba benar-benar sekolah yang unik. Kami, yang berada di dalamnya, benar-benar beragam warna, beragam rasa, beragam visi, beragam cara. Tapi kami semua bersatu dan berbaur, meleburkan batas-batas yang ada, namun tetap mempertahankan ciri khas masing-masing. Pluralis, itu yang tertanam pada kami. Sekali lagi, dalam arti positif pastinya. Kami para muslim, tidak ragu bergaul bersama mereka para Kristen,Katolik,Hindu (kebetulan tidak ada yang beragama Budha). Mereka yang non-muslim pun sangat terbuka pada kami yang muslim. Tanpa ada rasa canggung, kami nongkrong di basecamp manapun.
Setiap orang dari kelompok apapun memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi yang terdepan. Ini sungguh-sungguh terjadi, bukan hedon saya belaka! Ketika saya merenungi ini pun, saya kadang masih tidak habis pikir, bagaimana bisa 'sistem' seperti ini tercipta, keadaan se-colorful ini berjalan tanpa ada yang diributkan. Saya bangga.

Saya bangga berada di Padmanaba, dimana kemampuan saya benar-benar diuji, dan kualitas diri menjadi modal sekaligus senjata. Tiga tahun memang tidak ringan, itulah sebabnya ada modal dan senjata. Pada mulanya, kualitas diri Kami, Padmanaba 68--sebagai anak lulusan SMP-, masih sangat perlu diasah. Modal ini kami pegang erat dan kami kelola sebaik yang kami bisa. Dengan uluran tangan kakak-kakak angkatan kami, yang selalu menggenggam kami, sedikit demi sedikit batu yang tadinya keras dan pepat, dapat dipecahkan dan lebih bermanfaat.
Kualitas diri ini, modal ini, sudah beralih menjadi senjata, senjata dalam mempertahankan diri dan melawan segala halangan. Senjata ini kami genggam erat, dan terus kami asah agar tetap tajam.

Sekarang saya dan Padmanaba 68 lain sudah memasuki tahun terakhir kami. Bahagia sekaligus sedih. Bahagia, proses kami selama ini memang membahagiakan. Senyum, canda, tawa terurai lepas, meski terkadang air mata pun tak ragu datang. Overall, ini membahagiakan. Tetapi kami sedih, dengan semua yang telah kami dapat, apa yang sudah kami berikan untuk Padmanaba? Mungkin saat ini belum, tapi jika saatnya tiba, kami akan kembali dan menunjukkan diri kami.
Camkan ya, Padz :)