Assalamuallaikum Papa..
Aku tidak tau apa aku layak memanggilmu 'Papa' dan apa pantas kamu kupanggil 'Papa'. Seingatku, terakhir kamu menemuiku saat aku kelas 4 SD, itu artinya kurang lebih 13 tahun yang lalu. Bahkan untuk mendapatkan angka itu aku harus menghitungnya dengan jariku.
Oiya, maaf jika aku tidak sopan menyebutmu dengan 'kamu', ku rasa sebutan 'Anda' jauh lebih tidak enak didengar dan dibaca, aku masih sedikit menghargaimu dengan memanggilmu sama dengan aku memanggil teman-temanku.
Aku tahu, kamu sekarang sudah bahagia hidup dengan keluarga barumu. hidup dengan wanita yang merebutmu dari Ibuku, tapi apa aku menyalahkan wanita itu? tidak, aku menyalahkanmu, menyalahkan ketidaksetiaanmu pada Ibuku. Oke saat itu Ibuku memang tidak tinggal 1 kota denganmu karena tuntutan pekerjaan, tapi apa itu alasan yang tepat untuk melakukan pengkhianatan? Bodoh.
Tapi aku memakluminya, aku rela kamu pergi dengan wanita itu dan meninggalkan Ibuku yang sangat aku sayangi. Kamu tahu? Aku bahagia sekarang, tanpa kamu, bersama Ibuku, adik-adikku dan Ayah tiriku yang aku pikir lebih menyayangiku dan keluargaku dibanding kamu. Aku dan keluargaku tidak pernah sedikitpun menghalangi sebuah pertemuan atau silaturahmi di dunia nyata ataupun maya, tapi 13 tahun ini memang kamu yang mungkin sudah lupa memiliki 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki dari pernikahanmu sebelumnya. Sekarang nikmatilah hidupmu sendiri disana dengan Istri dan anak-anak barumu. Aku tak akan mengemis-ngemis memintamu kembali padaku, memberi nafkah, atau sekedar bertemu. Mungkin aku hanya membutuhkanmu nanti saat ada pangeran yang meminangku, dan meminang adik perempuanku karena kamu tetap memiliki hak sebagai wali nikahku. Itu saja cukup. Aku akan sangat berterimakasih jika kamu bersedia dengan ikhlas datang dan menikahkanku dengan lelakiku yang aku harap tidak sepertimu.
Sebenarnya dari lubuk hatiku yang terdalam aku tidak marah dan dendam padamu, aku hanya menyayangkan kenapa Ibuku menikah denganmu, aku kasihan padanya, tapi bagaimanapun kamu tetap Bapak biologisku. Ya sudah lah, ini semua takdir. Semoga orang-orang diluar sana, teman-temanku bisa lebih bersyukur mereka memiliki sosok seorang ayah yang baik, yang tidak menyakiti hati Istrinya, yang bisa mengantar-jemput mereka kesekolah, yang gagah menggendong saat mereka lelah, yang bisa diajak bermain bola dan mobil-mobilan, mereka lebih beruntung daripada aku yang mempunyai ayah sepertimu.
Satu lagi pa, tolong jangan kecewakan Istri barumu seperti Ibuku ya. Pasti dia baik kepadamu dan bisa membahagiakanmu walaupun dia melarangmu bertemu anak-anakmu ini, mungkin alasannya kuat, dia tidak ingin kamu memperhatikan kami disini, tak masalah, aku tak keberatan kamu untuknya. Dan Alhamdulillah Allah tidak memberikanku rasa rindu padamu, walau begitu setiap hari minimal 5 kali sehari setelah sholat aku tetap mendoakanmu sebagai salah satu dari orang-tuaku. Aku berharap kamu balas mendoakanku, doakan aku untuk bisa tegar seperti Ibuku, tangguh seperti Ibuku, dan kami disini selalu bahagia. Aku sudah memaafkanmu. Maafkan aku juga ya pa atas semua kesalahanku dan kata-kataku di surat ini. Semoga kamu selalu dalam lindunganNya. Jangan lupa datang dalam pernikahanku dan adik-adikku kelak. Terimakasih atas semua kenangan ini, jaga kesehatan ya. Assalamuallaikum.
Anak Pertamamu
@diazputria
- diazputria.blogspot.com
ini aku copy dari blog-nya kakak perempuan kandungku.
hmm... selamat membaca :P
No comments:
Post a Comment