Mengutip kalimat Raditya Dika di salah satu siniar YouTube,
"Kalau kita menulis dengan mood yang jelek, hasilnya pasti tulisan yang jelek. Tapi harus diingat, satu lembar tulisan jelek masih lebih bagus daripada tidak ada tulisan sama sekali"
Mengutip kalimat Raditya Dika di salah satu siniar YouTube,
"Kalau kita menulis dengan mood yang jelek, hasilnya pasti tulisan yang jelek. Tapi harus diingat, satu lembar tulisan jelek masih lebih bagus daripada tidak ada tulisan sama sekali"
Perpus UI dan Danau Kenanga |
Aku sering tiba-tiba kepikiran sebuah topik untuk ditulis, tapi kemudian berlalu begitu saja terbawa angin, bersama semangat menulisku yang sekarang entah di mana. Menyedihkan kalau dirasa-rasa. Aku pernah menjalani hidup dengan setidaknya satu tulisan setiap bulannya. Bahkan di peak season, bisa lebih dari tiga tulisan setiap bulan. Iya, peak season yang aku maksud adalah pas masih jaman sekolah.
Tapi yah, kalau aku boleh memberi pembelaan, tidak sepenuhnya salahku, kok. Beneran!
![]() |
Creator: Osama Hajjaj |
Ramai menjadi perbincangan di Twitter, sebuah video Tiktok dari seorang wanita yang aku taksir usianya sekitar mid 20s. Sebut saja Fulanwati. Di video itu, Fulanwati menanggapi isu mengenai tudingan bahwa beasiswa LPDP itu beasiswa untuk orang kaya, karena orang miskin gak ada uang untuk tes IELTS, les bahasa inggris, dll.
Poin utama yang disampaikannya pada video itu adalah bahwa para miskin people--termasuk aku agaknya-- yaa...memang harus berusaha dong kalau mau beasiswa. Gak punya uang untuk tes IELTS berjuta-juta? Kerja lah, banyak kok awardee LPDP yang bekerja dulu. Jangan nyalahin pemerintah, kenapa ngga nyalahin orang tuamu aja??
Kurang lebih seperti itu kata-kata si Fulanwati. Link videonya ada di akhir artikel ini.